Sabtu, 13 September 2014

Karena aku yakin, bahwa Untuk setiap kesedihanku, Tuhan menyiapkan kebahagiaan..


Karena aku yakin, bahwa Untuk setiap kesedihanku, Tuhan menyiapkan kebahagiaan.. Nama saya Susilowati. Saya di lahirkan di kota Cilacap. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki dan dua adik perempuan, dengan kata lain saya adalah anak perempuan tertua di keluarga saya. Ketika saya di lahirkan sebenarnya saya berasal dari keluarga yang mampuh atau kecukupan. Papah saya seorang Bandar gula merah dan mamah saya punya toko sembako kebutuhan sehari2. Masa kecil saya dan kakak laki-laki saya cukup bahagia hingga saat saya berusia 5 tahun lahirlah adik perempuan pertama saya, kebahagian keluarga kamipun bertambah sejak adik kami lahir. Waktu terus berlalu sampai saya masuk SD, kehidupan keluarga kami masih baik-baik saja hingga sampai tragedi itu datang, rumah kami di rampok orang, tidak tanggung-tanggung gerombolan perampok itu membawa kendaraan roda empat dan menguras habis semua dagangan serta uang tunai yg ada di rumah kami. Saat itu saya kelas 4 SD sementara kakak saya mau mulai masuk SMP. Saat itu kami sekeluarga sangat bersedih, sampai sampai kakek saya (ayah dari mamah saya) kena serangan jatung dan meninggal dunia. Kesedihan keluarga kami tidak sampai di situ saja, papah saya juga terlilit hutang di bank hingga satu persatu asset keluarga kami di jual, dari rumah, tanah dan perhiasan. Sehingga dengan terpaksa kami tinggal di rumah kecil bareng sama toko kami. Tiga tahun berlalu hingga kakak saya lulu SMP dan melanjutkan ke STM. Waktu itu kehidupan keluarga kami semakin sulit karena biaya sekolah kakak saya yang begitu mahal dan waktu itu adik perempuan saya yang kedua lahir pada th 1997, akhirnya toko mamah saya mengalami kebangkrutan total. Waktu itu saya sudah lulu SD dengan nilai terbaik. Dan selama saya sekolah SD saya selalu mendapat rangking satu hingga saya dapat beasiswa prestasi. Setelah lulus saya ingin sekali melanjutan sekolah ke SMP N. 1 SIDAREJA karena sekolah itu adalah sekolah terbaik di kota kami tapi mamah saya melarang saya melanjutkan karena tidak punya biaya. Saya sedih sekali, saya tidak peduli dengan larangan mamah saya, saya datang sendiri ke SMP N.1 SIDAREJA dengan berjalan kaki saya mendaftar pakai uang tabungan saya. Akhirnya saya di terima, tapi saya tidak punya biaya, hingga saya minta beasiswa sama wali kelas saya dengan syarat saya harus jadi siswa yang berprestasi kalau tidak bisa rangking satu paling tidak masuk sepuluh besar. Akhirnya saya mendapatkan beasiswa. Letak sekolahan saya sangat jauh dari rumah, saya tidak punya sepeda jadi terpaksa saya jalan kaki. Tiap hari saya berangkat sekolah jam 5 pagi sendirian melewati 5 desa, saya berjalan sambil lari-lari melewati persawahan, perkebunan dengan jalan yang sangat sepi serta masih gelap. Keinginan sekolah saya lebih besar di bandingkan dengan ketakutan saya terhadap gelap dan sepinya jalan-jalan desa itu serta isu tukang culik sekalipun. Saya berlari sambil menghafal setia mata pelajaran, hingga jam 7 tepat saya sampai di sekolahan dan bel masuk selalu berdering bersamaan dengan sampainya saya di kelas. Sebelum berangkat sekolah saya tidak sempet makan dan saya juga tidak pernah minta uang jajan sama mamah saya. Sehingga setiap hari saya mulai makan jam 3 sore ketika saya pulang sekolah. Kadang satu minggu saya di kasih uang jajan sekali Rp 500 tapi saya tidak pernah memakainya, tapi selalu saya tabung. Sempat pada suatu hari ketika saya pulang sekolah pas hujan deras banget, saya harus melalui sungai yang tidak ada jembatanya karena saya takut pulang telat dan takut di marahin mamah maka saya terpaksa nekat menyebrang hingga saya hanyut kesungai tapi Alhamdulillah ada orang yang nolongin saya seorang pelajar SMA yang kebetulan lewat. Baju seragam putih biru berubah jadi coklat tua karena kena arus air sungai yang berwarna kecoklatan, saya menangis di bawah derasnya hujan, saya sedih sekali tapi tak ada satu orangpun yang tau kalau saya menangis. Sesampainya di rumah mamah sayapun tak bertanya apa2 tentang warna baju saya yang berubah karena jujur mamah saya lebih perhatian sama kakak saya yang notabene hanya anak laki-laki satu-satunya serta kedua adik perempuan saya. Tapi saya tidak menyalahkan sikap mamah saya waktu itu karena memang posisi saya di keluarga kurang menguntungkan karena jadi anak perempuan pertama coba kalau jadi anak bungsu pasti lebih di sayang. Karena biaya sekolah kakak saya dan uang sakunya semakin mahal sementara papah dan mamah saya sudah tidak punya kerjaan tetap akhirnya papah saya memutuskan untuk pergi ke Jakarta sama mamah saya dan membawa adik kami yang paling kecil. Papah bekerja sebagai pedangang sandal keliling dan mamah saya sebagai pembatu rumah tangga sambil membawa adik kami. Sementara saya harus mengasuh adik saya yang pertama dan saat itu masih kelas 3 SD dan juga memasak untuk kakak saya. Saya berperan sebagai ibu dan sekaligus kakak buat adik saya yang masih kecil serta ngurusin sekolah saya. Tiap hari saya bangun jam 3 pagi, masak buat adik dan kakak saya setelah selesai jam 5 pagi saya berangkat sekolah, kalau sedang musim hujan jalanya becek saya tidak pakai sepatu dari rumah, dan menjinjing sepatu saya dan ketika melewati jalan aspal baru saya mampir ke salah satu rumah penduduk untuk numpang suci kaki dan memakai sepatu, tidak jarang saya di cemooh dan di tertawakan oleh temen2 saya karena keadaan itu, tapi saya tidak pernah memperdulikan semua itu karena yang ada di benak saya hanya “SAYA INGIN SEKOLAH DAN LULUS DENGAN NILAI YANG BAIK”. Sejak di tinggal pergi oleh orang tua ke Jakarta hidup saya selalu penuh dengan air mata, hampir setiap hari saya menangis ketika saya pulang sekolah saat saya mendapati adik saya yang paling kecil sedang duduk sendirian di belakang rumah sambil menangis ngliatin photo mamah. Kadang saya pura-pura tidak tau dan memanggil dia, seketika itu dia pura-pura lagi seneng dan tertawa-tawa. Saya hanya bisa berdoa semoga penderitaan ini cepat berakhir dan kebahagian keluarga saya akan utuh kembali seperti saat saya masih kecil dulu hidup sejahtera dan serba kecukupan. Tak terasa hampir 1 tahun kami di tinggal orang tua dan hidup terpisah hanya sesekali nenek yg tinggal jauh dari desa kami datang menjenguk. Dari tetangga yang kerja bareng mamah saya, saya dapat kabar kalo mamah dan papah akan segera pulang untuk merintis bisnis berdagang dari nol lagi tapi kita manusia hanya berencana dan Tuhanlah yang menetukan, di tengah perjalanan pulang uang yang selama 1 tahun di kumpulin papah dan mamah saya hilang karena tas papah saya di jambret orang saat di statsiun cikampek. Mamah pulang dengan berlinangan air mata, dan saya memilih untuk tidak berani mentap wajah mamah saya. Saya duduk di belakang rumah dan sibuk bertanya sama Tuhan sambil menangis. Akhirnya kamipun sekeluarga mengiklaskan semuanya, papah akhirnya kembali kejakrta untuk melanjutkan kerja sementara mamah saya di rumah mengurus kami, tiap bulan kami hanya mengandalkan uang kiriman dr papah saya. Hingga akhirnya kakak saya lulus STM dan pergi kejakarta cari kerjaan sementara saya sudah kelas 3 SMP waktu itu karena kakak saya kasihan sama saya sebentar lagi ujian maka saya di suruh kost agar bisa konsentrasi belajar. Sementara untuk biasa kost kakak saya yang bayar dan untuk makan saya masak sendiri. Singkat cerita saya lulus dengan nilai yang memuaskan dan saya ingin sekali melanjutkan ke SMA, tapi mamah saya kembali melarang saya, seperti biasa saya tidak pernah mendengar larangan dari mamah saya, saya mendaftar sendiri ke SMA N.1 CIPARI, akhirnya saya di terima dan lagi2 saya tanpa malu atau sungkan saya datangi bapak wali kelas untuk minta beasiswa, wali kelas saya aggak keberatan waktu itu tapi saya berusaha meyakinkan beliau bahwa saya berjanji untuk rangking satu setiap semester, atau paling tidak masuk 3 besar. Akhirnya bapak wali kelas saya mempertimbangkan janji saya dan mengusulkan beasiswa ke kepala sekolah. Akhirnya sayapun mendapatkan beasiswa, dan bahkan saya di bebaskan dari biaya apapun dari sekolahan dengan catatan saya harus benar-benar bisa menepati janji saya. Karena letak SMA saya lebih jauh dari rumah di bandingkan sekolah SMP saya, saya berusaha bilang sm kakak saya agar beliau mau membantu membiayai biaya kost saya dan sedikit uang makan yang waktu itu biaya kost thn 2000 cuman Rp 25.000 dan untuk makan saya masak sendiri di jatah sm kakak saya Rp 20.000/bln, sangat minim dan hampir tidak cukup hingga saya harus makan sehari sekali itupun hanya mie instant tapi demi sekolah saya rela. Semester pertama saya benar benar dapat rangking satu, wali kelas saya bangga banget karena saya bisa menepati janji saya dan begitupun seterusnya saya selalu dapat rangking satu kalau sedang banyak masalah paling-paling di geser sama teman kelas saya jadi rangking 2, terus rangking satu lagi. Tapi untuk mendapatkan rangking satu di sekolahan yang terbaik di kota saya itu tidak gampang. Saya harus membuat jadwal kegiatan sehari-hari saya dengan sangat disiplin, saya tidak pernah pergi sama teman-teman saya untuk sekedar ngobrol dan have fun, saya tidak pernah nonton tv , saya tidak pernah main karena saya selalu memanfaatkan waktu yang saya punya untuk belajar bahkan kadang-kadang saya jadi orang yang sangat egois. Hampir saya tida punya teman dekat saat saya SMA, bahkan banyak di antara mereka mungkin membenci saya karena sifat disiplin yang saya miliki. Saya adalah pelajar yang terkenal paling pelit karena saya paling tidak pernah ngasih contekan sama teman-teman saya. Misalnya kalau ada PR, ulangan atau ujian jika saya di mintai jawaban sama mereka saya tidak pernah mau ngasih. Karena sifat itulah saya di jauhin sama teman-teman saya, saya di bilang egois, saya di bilang pelit, saya di bilang sombong bahkan sayapun harus rela di musuhin oleh temen sebangku saya. Padahal kalau mereka mengenal saya lebih dekat lagi saya bukan orang yang seperti itu, karena bagi saya saya lebih rela di bilang begitu dari pada saya harus membuat teman2 saya jadi orang yang malas dan bodoh. Kalau mereka datang ke saya minta di ajarin pasti saya akan dengan senang hati membantu mereka. Akhirnya setelah 3 tahun berjuang saya lulus dari SMA dengan nilai tertinggi dan saya menjadi pelajar terbaik di kecamatan saya. Saya sempat menerima penghargaan waktu itu. Ayah saya begitu terharu dengan berjuangan saya, tapi beliau sedih karena saya tidak bs melanjutkan kuliah. Bahkan wali kelas saya diam-diam mendaftarkan saya untuk ikut PMDK di UGM dan UNSOED. Ada salah satu teman saya yang bilang kalau saya di terima, tapi saya tidak pernh memastikan kabar itu, karena saya pikir percuma saja sebab saat itu memang tidak memungkinkan buat saya untuk kuliah. Setelah lulus selang satu hari saya memutuskan untuk pergi ke Singapore, semua keluarga saya sangat sedih, tapi saya berusaha menjelaskan sama mereka saya pergi hanya 2 tahun untuk cari pengalaman dan untuk belajar bahasa inggris serta untuk cari uang buat melanjutkan kuliah. Akhirnya mereka merelakan saya. 3 bulan di penampungan akhirnya saya terbang ke Singapore, disini saya mendapatkan majikan yang sangat baik, serta kerjaan saya juga sangat mudah hanya bersih2 rumah. Saya punya banyak waktu untuk belajar hingga akhirnya saya memanfaatkan waktu saya untuk berbisnis, saya sering jualan HP sama teman2 sekitar rumah, juga jualan pakaian. Dan keuntungan yang saya dapat cukup lumayan. Dua tahun sudah berlalu saya pulang dan ingin mengejar cita2 saya, tapi papah saya bilang rumah kami yang kecil mau roboh karena memang sudah lama tidak di perbaiki, dengan berlinangan air mata saya serahkan semua uang yang sudah saya tabung ke papah saya untuk membangun rumah baru dan saya hanya meyisahkan Rp 3.000.000 ditangan saya. Maka sayapun akhirnya kembali lagi kesingapore untuk mencari modal lagi tapi papah saya bilang uang yang 2 thn hasil kerja saya tidak cukup untuk bikin rumah kami berdiri “ Papah bilang, malu nak, kalo rumahnya sampai ga jadi berdiri sama tetangga” Akhirnya hasil kerja saya selama 4 tahun cuman buat membangun rumah saya, saya senang dan iklas karena sekarang kami sekeluarga sudah punya rumah baru seperti dulu saat masa2 indah di saat kami masih kecil, punya rumah yang besar. Dan papah sayapun sudah mulai membuka toko lagi mesti masih kecil2an dan belum sebesar dulu, berlahan tapi pasti kehidupan keluarga saya kembali normal seperti dulu. Adik saya sudah masuk SMA favorite dan mengambil jurusan IPA, selangkah lebih pintar dari saya karena saya dulu mengambil jurusan IPS. Saya kembali nambah kontrak kerja di sini, dan papah bilang sama saya untuk hasil uang gaji saya yg selanjutnya tidak perlu di kirim lagi. Papah saya menyuruh saya untuk menabungnya untuk biaya kuliah saya kelak, tapi berhubung adik saya udah lulus SMA akhirnya saya suruh adik saya untuk kuliah dan saya yang membiayainya. Sekarang adik saya sudah jadi guru sambil kuliah dan 2 semester lagi akan lulus dan menyandang gelar S1. Dan disinipun saya masih memendam impian saya untuk kuliah lagi, saya sering curhat sama majikan saya tentang keinginan saya dan mimpi saya, hingga akhirnya saya di carikan tempat kursus dengan syarat sepulang kursus harus langsung pulang kerumah. Akhirnya pada tahun 2009 saya berusaha ikut kursus computer dan bahasa inggris di HOME tapi cuman basic saja dan pada tahun 2010 saya dapat kabar dari teman-teman saya kalau di Grandhyatt di buka sekolah diploma kerja sama dengan MTM dan DEVELOPMENT yaitu LEE COMMUNITY COLLEGE yang biayanya relative murah, maka sayapun berusaha mengikutinya. Saya sangat bahagia waktu itu, tapi kebahagiaan saya hanya setahun karena sebelum kami menyandang gelar diploma dari pihak sekolah sudah tidak bisa melanjutkan kerja sama lagi dengan pihak MTM, jadi saya cuman dapat kesempatan untuk kuliah 1 tahun. Saya sedih sekali waktu itu, sampai saya nangis keras banget di kamar saya, tapi mulut saya, saya tutupin pakai batal biar tidak ada orang yang dengar. Saya selalu bersedih bila melihat teman-teman kelas saya ataupun teman sekolah yang dulu saat di kelas biasa-biasa saja tapi sekarang sudah jadi guru, bidan, PNS polisi ABRI, pramugari dll. Saya hanya bisa menangis menghadapi kenyataan itu. Sementara saya yang dulu berprestasi, masih belum bisa mewujudkan mimpi saya untuk melanjukan kuliah. Kadang jika perasaan sedih itu semakin menyiksa, saya berteriak di kamar saya sambil bilang “Singapore..!!! I will be back next time, not for working as domestic worker but for buy a apartemen house here.. I will become a successful businesswomen..!!”. Dan setiap saya bangun tidur dan gosok gigi di kamar mandi, di depan cermin saya selalu berkata pada diri saya sendiri “SAYA AKAN JADI ORANG YANG SUKSES, ITU PASTI..!! SAYA AKAN SUKSES..!! Selalu seperti itu tiap pagi. Tapi meskipun tidak bs lanjut sekolah di LCC, saya tidak putus asa, lepas dari LCC saya ikut ENTREPRENUERSHIP CLASS kerja sama antara UNIVERSITAS CIPUTRA dan MTM serta DEVELOPMENT, akhirnya saya bisa sekolah lagi dan disini saya belajar banyak hal tentang entrepreneurship dan bisnis, dan begitu banyak pengalam yang saya peroleh dari kelas entrepreneurship ini yang membuat saya menjadi pribadi yg berwawasan luas tentang bisnis. Saya jadi tau bagaimana cara mengelola bisnis dengan baik, gimana cara mengatur tentang keuangan. Saya menjadi pribadi yang lebih berani, tahan banting atau tidak lemah, menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab dan yang jelas saya siap untuk menjadi seorang business women. Setelah pulang dari Singapore, saya ingin sekali membuka toko fashion dan jika toko itu kelak bisa sukses, saya juga ingin sekali membuka butik. Saya akan menggunakan ilmu yang saya peroleh dari LEE COMMUNITY COLLEGE dan UNIVERSITAS CIPUTRA sebagai bekal. Saya ingin sekali membuka bisnis itu dan tentu saja sambil mewujudkan mimpi saya untuk melanjutkan kuliah. Saya ingin menyelesaikan kuliah saya sampai ke jenjang S2. Dan saya tidak perduli sebagaimanpun susahnya tapi saya akan berjuang seperti dulu saya berjuang untuk bisa lulus SMP dan SMA. Saya tidak akan menangis lagi jika suatu hari nanti saya harus hanyut di sungai lagi dan saya tidak akan bersedih lagi jika mamah saya tidak bertanya kenapa baju saya warnanya berubah jadi coklat. Saya selalu yakin, tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, kalau kita mau berusaha untuk mewujudkanya tentunya dengan tekad dan niat yang bulat serta tulus iklas di sertai dengan kerja keras dan doa, niscaya, pasti Tuhan akan memberikan jalan, sesusah apapun keadaanya. Sukses itu datang bukan hanya karena keberuntungan tapi karena kerja keras. Last but not least, terima kasih banyak saya ucapakan kepada pihak MTM, DEVELOPMENT, BETHANY CHURCH, LEE COMMUNITY COLLEGE, dan UNIVERSITAS CIPUTRA ENTREPRENEURSHIP CENTRE yang sudah menyediakan sekolah dengan biaya yang relative murah dan bahkan gratis. Terima kasih juga saya ucapakan kepada semua dosen-dosen dan kakak-kakak mentor saya baik dari LCC ataupun dari UCEC, Terima kasih atas jasa-jasa kalian, terima kasih atas segala ilmu yang telah kalian berikan, terima kasih atas waktu kalian, terima kasih atas perjuangan kalian, terima kasih untuk segala perhatian, cinta, kesabaran, pengorbanan serta dedikasi kalian untuk memajukan kami. TERIMA KASIH WAHAI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA, saya tidak bisa membalas pengorbanan kalian dengan apapun hanya doa yang selalu saya panjatkan semoga TUHAN selalu memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada kalian semua AMIN. Susilowati                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar