Kamis, 04 September 2014

TKW Arab Saudi mencari ayahnya di Tanah Air


Malang benar nasih bocah ini. Bagaimana tidak? Di usianya yang masih balita dan membutuhan kasih sayang, ia terpaksa kehilangan kedua orangtuanya.
Ibunya meninggal dalam penantian untuk diangkut ke Tarhil (Pusat Detensi Imigrasi) Shumaisy agar bisa pulang ke Tanah Air. Sayangnya, sebelum impiannya pulang ke kampung halaman tercapai, ajal menjemputnya akibat penyakit menahun yang diderita.
Baca juga: Polda Jatim gagalkan penyelundupan TKI ilegal ke Malaysia dan Bos PJTKI langsung dieksekusi jaksa usai sidang Peninjauan Kembali
Sementara itu suaminya, ayah sang bocah tak berdosa itu, mendahului mereka pulang ke Tanah Air dengan khuruj nihai (pulang selamanya), meniggalkan anak-istrinya di Jeddah Arab Saudi.
Belum diketahui alasan mengapa ia tega meninggalkan anak dan istrinya yang sedang menderita penyakit berat itu. Alhasil, nasib bocah malang ini terkatung-katung.
Suatu pagi, seorang pria mendatangi KJRI Jeddah melaporkan peristiwa naas yang menimpa bocah itu. Ia mengaku bernama Bituri, teman dari ayahnya yang juga suami dari Almarhumah.
Dari pria ini diperoleh informasi bahwa anak ini bernama Muhammad Ilham Bin Adang Ido. Ia lahir 14 November 2012 silam. Ibunya bernama Kartiya Binti Mojo, kelahiran 1979. Ia berasal dari Ambulu, Jember, Jawa Timur. Ayahnya bernama Adang Ido Idrus. Belum diketahui dari mana asal daerahnya.
Dari penuturan sang pelapor, ibu bocah ini telah menetap di Arab Saudi 16 tahun. Selama itu, ia belum pernah pulang ke kampung halamannya.
Mungkin karena penyakit yang dideritanya, ia memutuskan pulang ke Tanah Air. Karena keberadaannya di Arab Saudi berstatus illegal, ia terpaksa pulang melalui Tarhil. Sambil menunggu pengangkutan ke Tarhil, ia menumpang di rumah kontrakan teman suaminya itu di kawasan Kandarah Jeddah.
Suatu hari sepulang dari kerja, Bituri menemukan ibu bocah itu telah tiada. Bituri segera menghubungi majikannya. Sang majikan kemudian menghubungi pihak kepolisian.
Petugas kepolisian segera memanggil ambulan untuk membawa janazah ke rumah sakit. Dari pemeriksaan dokter rumah sakit diketahui bahwa ibu bocah itu meninggal akibat penyakit kronis yang dideritanya.
KJRI akhirnya mengambil alih bocah itu dan menitipkannya di Shelter KJRI Jeddah. Ia dirawat dan diasuh oleh sejumlah TKW yang ditampung menunggu proses penyelesaian kasus dengan majikan mereka.
“Rewel, pak. Sering menangis. Mungkin nyari ibunya,” tutur seorang TKW yang kebetulan dipercaya merawat anak itu ke petugas KJRI yang kala itu mengurus dokumen exitnya. Tujuh hari lamanya bocah itu menghuni shelter KJRI Jeddah.
Maklum saja, bocah kecil yang biasa dibuai, dimanja, ditimang-timang, diayun-ayun sambil diusap-usap dahinya saat hendak tidur, tiba-tiba kehilangan semua itu.
Buaian dan curahan hati sang bunda tak lagi hadir untuknya. Nyanyian kecil nan merdu sang ibu yang menyihirnya sampai tertidur tak lagi terdengar.
Elusan sayang yang membuatnya damai dalam dekapan itu telah sirna. Kehampaan dan kerinduan akan semua itu kini menjelma jerit kepedihan yang mengiris-iris hati, seolah sedang memanggil-manggil, ”Ibu manaa… Ibu manaa…”
Bocah polos itu terpaksa kehilangan ibunya yang telah tutup usia dan ayahnya yang membiarkannya tanpa diketahui penyebabnya.
Mungkin beberapa saat sepeninggal ibunya, anak tidak berdosa ini masih saja mencandai jasadnya yang telah terbujur kaku. Tujuh hari telah berlalu. Ia mulai merengek, mencari-cari kelembutan tangan dan suara khas yang tak lagi hadir untuknya.
Tidak mudah melacak keberadaan anggota keluarga dari ibu bocah ini di Indonesia. Bisa jadi karena informasi yang disampaikan sang pelapor sangat terbatas.
Satu-satunya petunjuk yang bisa diandalkan kala itu adalah sebuah telepon genggam peninggalan almarhumah. Semua nomor yang berawalan +62xxx dicoba oleh petugas KJRI, hingga akhirnya terdengar suara laki-laki di seberang sana.
Ia memperkenalkan diri dengan nama Viki Rizky Afandi. Belakangan diketahui pemuda berusia 20 tahun itu adalah salah satu anak dari almarhumah dari suaminya yang pertama.
Setelah pengurusan dokumen bocah itu tuntas, seorang staf Konsuler ditugaskan mengantar anak itu pulang ke Tanah Air. Sepanjang perjalanan pulang, sambil ngedot jus yang dituang ke dalam botol susu, bocah itu digendong oleh petugas yang mengantar.
“Beberapa kali ia meronta, nangis, lebih-lebih saat bangun tidur. Alhamdulillah pramugari dan beberapa kru kabin ikut membantu menghiburnya agar bisa reda,” tutur petugas itu. “Dia dikasih beberapa mainan, sepeti mainan bebek,” imbuhnya.
Sepanjang perjalanan, bocah itu terus melekat di pangkuan petugas itu. “Kalau mau ke toilet saya titipkan dia ke seorang TKW yang kebetulan pulang satu pesawat dan duduk tak jauh dari tempat duduk saya,” tuturnya.
Sebelum terbang, KJRI telah membuat janji dengan Viki untuk bertemu di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Setibanya di Bandara, kakak satu ibu beda ayah dari bocah itu telah menunggu. Muhammad Ilham Bin Adang Ido akhirnya diserahkan kepada kakak tirinya itu disaksikan oleh pejabat dari Kemenlu RI.
Di manakah sang ayah kini? Wallahu a’lam bisshawab. Semoga anak ini kelak menjadi anak soleh yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya. Amiiin yaa Rabbal Alamiin.@licom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar