Rabu, 03 September 2014
Sisi Buruk TKW Hongkong: Ingin Hidup Bebas
Jika mendengar sebutan TKW Hongkong maka akan berguliranlah statement ataupun gambaran gambaran liku likunya pekerja perempuan dari Indonesia yang berbagai warna dan gejolak.
Apakah saya menampik “Cap Capan” yang melekat untuk mereka?. Tidak! Saya tidak bermaksud menghindar dari berita berita buruk tentang saya dan kami pada umumnya. Perilaku buruk bisa terjadi pada siapapun dan dimanapun namun untuk kali ini saya akan tuang sebuah cerita derita BMI yang overstay.
Sebut saja Sri (34) berparas ayu janda dua anak di tinggal nikah suami. sri pada awalnya hidup normal sebagai pekerja pada umumnya hanya saja ketika dia libur sia sering karaoke ataupun nongkrong di diskotik, namun persoalan muncul ketika sang bos memutus kontrak kerja sebelum tiba waktunya habis dan Sri kelimpungan karena telah meminjam sejumlah uang di Bank untuk kebutuhan di Indonesia beli sepetak sawah. Untuk pulangpun enggan sebab tidak ada uang di saku, jika pulang dalam keadaan gagal, apa kata Dunia?.
Dari pergaulan yang luas di diskotik dia mendapat saran dari temannya agar memilih hidup di “luaran” sama seperti temannya itu yang sekilas memang nampak enak dapat duit tanpa ikatan kerja dengan bos dan masih bisa kongkow kongkow di tempat hiburan plus dapat jatah makan dari pemerintah HK tiap bulan. Menjanjikan plus menggiurkan khan?. Itu sekilas jawaban tanpa melihat lebih dalam prosesnya.
Hingga jatuh tiba masa interminit si Sri mendapat jatah tinggal two weeks rule dari pemerintah. Maka Sri pun mencari majikan baru namun tak ada yang cocok dengan keinginan Sri hingga batas habis dan jadilah dia menjadi warga yang ilegal yang sebenarnya membahayakan keberadaan diri di negara orang.
Untuk mencukupi hidup di luar Sri harus usaha sendiri sembunyi sembunyi dari petugas imigrasi HK jika tak ingin di ciduk ke penjara. Sepandai pandainya Sri mengatur waktu dan uang tetap saja Sri kesulitan keuangan hingga akhirnya dia menceburkan diri di dunia malam, ngakunya hanya menemani tamu minum di club malam untuk selebihnya hanya Sri yang tau. Dari aktivitas malam yang di jalani Sri saat kongkow ada razia dan di ciduklah Sri menjadi penunggu penjara wanita HK, Sri menolak di pulangkan ke tanah air dia tidak putus asa mencari alasan agar dia tetap tinggal di HK. Dia mengajukan permohonan tinggal ke imigrasi Hongkong untuk mendapatkan immigration ordinance yaitu ijin tinggal namun tidak boleh bekerja sebab pemerintah telah menjatah tiap bulannya.
Sekeluar dari penjara Sri mencuri curi waktu pada siang hari bekerja jadi tukang cuci piring di restoran India. Pekerjaan itu di jalani dengan perasaan was was sebab jika sampai ketahuan orang immigrasi bakal masuk penjara lagi dan di pulangkan ke tanah air. Dari aktivitas malam Sri tetap menjalaninya rutin hingga bertemu dengan pria yang bersedia menjadi suaminya atau teman hidup sampai sekarang telah memiliki anak satu walau sampai sekarang mereka tinggal serumah tanpa ada surat nikahnya. sri mengaku dinikahkan siri oleh tokoh agama di Hongkong.
Persoalan tidak berhenti di situ, Sri sekarang terpaksa menjadi tukang cuci piring di restoran kembali karena suami dia penghasilannya selalu habis buat bayar hutang di bank. Dan kedua anaknya di Indonesia tetap mengharap kiriman uang dari ibunya. Sementara kehidupan di Hongkong semua mahal dan harus di beli dengan uang.
Inilah sekilas salah satu mengapa beberpa TKW Hongkong terjebak pada cap “wanita murahan” yang kadang ada di temui di diskotik diskotik Hongkong. Jika ketemunya malam itu kemungkinan besar TKW ilegal dan jika ketemunya siang bisa jadi mereka pekerja yang legal yang menghabiskan waktu libur di diskotik.
Untuk “Sri Sri” yang lain semoga tiba saatmu untuk berbahagia, jika pulang ketanah air bisa mendamaikan hati, mengapa tidak?.
Untuk semua wanita yang ingin bekerja di Hongkong, semoga dapat diambil manfaatnya sebelum memutuskan pilihan hidup di Negara orang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar