Jumat, 19 September 2014

Sebuah Kisah Tentang Perjalanan yang Terekam dalam Catatan


Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri dari tahun-ketahun mengalami peningkatan dan diperkirakan berjumlah 5,5 juta orang, demikian juga dengan jumlah devisa yang masuk  melalui Bank Indonesia berjumlah Rp 82 Trilyun, jumlah ini tidak termasuk gaji pekerja yang dibawa langsung saat pulang maupun yang dititipkan kepada kerabat dekatnya di Tanah Air, itu kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ( BNT2TKI ) Moh Jumhur Hidayat.

Selain dari pada itu bila kita mengutip data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional ( Bappenas ), Tingginya jumlah Pengangguran di negara kita mengkhawatirkan, dimana dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta orang atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.
Artinya, bila kita kembangkan semua potensi dan masalah yang ada ini maka jumlah devisa yang kita terima dari penempatan tenaga kerja di luar negeri akan sangat besar sekali, demikian juga dengan jumlah pengangguran akan berkurang dengan sangat signifikan.

Namun, besarnya potensi yang ada tersebut harus diikuti dengan peningkatan Keahlian dan Perlindungan terhadap Pekerja, dan juga kontrol terhadap penyedia atau penyelenggara agen-agen pekerja atau PJTKI, dan yang lebih penting adalah koordinasi lintas departeman baik itu Departeman Tenaga kerja, Departemen Luar Negeri, BNT2TKI ataupun Kepolisian.

Semua koordinasi antar lembaga tersebut diatas dibentuk untuk memberikan PERLINDUNGAN terhadap Tenaga Kerja di Luar Negeri :  baik saat Keberangkatan di Bandara/ Pelabuhan, saat mereka Bekerja di Negara dimana mereka ditempatkan, atau saat mereka kembali untuk Cuti atau Liburan tahunan.

Kamis tanggal 5 Agustus kemarin, kebetulan saya mengantar orang tua yang ingin Puasa dan Lebaran di Kampung halaman. Saat itu, kebetulan jumlah penumpang yang akan bepergian di bandara Soekarno - Hatta sangat padat sekali, sehingga keberangkatan dan kedatangan pesawat banyak yang reschedule atau didelay, Saat saya menunggu di ruang boarding pass, dan kebetulan saya berkenalan dan ngobrol dengan seorang wanita yang kebetulan pulang dari Abu Dhabi dan akan melanjutkan penerbangan ke Jogjakarta.

Perkenalan yang tak terduga tentunya, dari pada bersungut ria menunggu pesawat yang belum landing dan merapat di Apron, Kami ngobrol tentang keterlambatan pesawat dan Obrolan itupun lama-lama berkembang ke masalah TKI yang bekerja di Luar Negeri.  Obrolan yang makin lama makin seru itu di dominasi oleh nya, dimana dia menceritakan tentang perlakuan terhadap TKI baik itu saat kerja keseharian mereka, saat mereka mengurus Paspport di keduataan, saat mereka mendapat perlakuan kasar dari majikan dan kabur dari rumah majikan ataupun saat mereka pulang ke Indonesia dan melanjutkan ke kampung halaman masing-masing.

Katanya, bila seorang TKI baru pertama bekerja diluar Negeri dan kembali ke Indonesia selanjutnya pulang ke kampung halamannnya , maka yang pertama dia kan di pimpong oleh oknum petugas yang ada di bandara dan kalau memang dia tidak mengerti, maka dia akan di pimpong bahkan bahasa kasarnya akan " DIGORENG " kalau bisa hingga gosong tuh gorengan ( maksudnya diperas kesana kemari hingga uangnya benar-benar kering ).

Kita bisa bayangkan uang yang dari bulan-kebulan dikumpulkan atau ditabung untuk bekal keluarga atau untuk meningkatkan penghidupan yang lebih baik yang tidak bisa mereka peroleh di kampung halamannya bisa habis dan ludes hanya dalam satu hari.
Tapi bila mereka mengerti dan sedikit bertahan, maka untuk keluar dari jeratan oknum petugas tersebut, sedikitnya mereka akan mengeluarkan uang minimal Rp 600 ribu, itu sudah rutin mas katanya dengan semangat...saya kebetulan sudah lama bekerja disana, sudah 12 tahun jadi saya sudah tahu semua, begitu sampai di bandara saya langsung menuju terminal lain untuk tujuan saya ke kampung.

Saya pernah membantu teman yang kabur dari rumah majikannya, " ujurnya bercerita " dan ketika saya serahkan dia ke Agen penyalur tenaga kerja disana itu anak bukannya dibantu untuk dipulangkan malah dipukulin atau digaplokin oleh oknum agen tersebut, loh kok ga lapor ke KBRI " ucap saya ", wah percumah aja mas petugas KBRI disana pada sombong dan arogan, baiknya mereka kalau lagi ada acara tujuh belasan atau menjelang Pemilu, selebihnya, mereka sangat arogan,... menyesal saya jadi Warga Negara Indonesia, kalau melihat kelakuan mereka ujurnya dengan berapi-api, Mereka ( Oknum Petugas KBRI ) tidak memberikan pengayoman dan perlindungan terhadap kami sebagai sesama warga negara yang mendapat kesulitan disana.

Anda bisa bayangkan, betapa gondoknya hati salah seorang TKI tersebut...!! saya hanya terdiam dan menengkannya dengan kemampuan berbahasa yang halus yang saya bisa, dan saya juga memahami kalau saya pada posisi mereka yang lemah, tak ada tempat untuk mengadu, tak ada tempat untuk berkeluh kesah...yang ada hanya perjuangan untuk mengabdi kepada majikan dan selanjutnya mendapatkan uang untuk kemudian dibawa kembali kekampung halaman mereka, syukur-syukur mereka mendapatkan majikan yang baik....kalau tidak, berarti bencana buat mereka....!!!

Harapan, tinggal harapan.....kenyataan kadang tak seiring,...petinggi diatas kembanyakan bergumul dan bergelut dengan perjuangan untuk tetap bertahan dan memperjuangkan kekuasaannya, terbukti dengan rivalitas antara BT2NTKI vs Depkertrans.


Wallah hu' alam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar