Kisah Nyata TKW Hong Kong
Pagi
yang indah seindah mentari di ufuk timur yang sedang tersenyum menyapa
bumi. Kuayunkan langkah di jalanan Hong Kong yang padat, di antara
orang-orang yang berjalan dengan tergesa-gesa. Aku berjalan menuju
sebuah halte bis di ujung jalan. Begitu sampai, ternyata antrian panjang
sudah terjejer rapi di sana. Beberapa menit kemudian bis yang di
tunggu-tunggu datang. Satu persatu para penumpang naik. Sengaja aku
memilih bangku dekat jendela biar puas memandang alam. Di sebelahku,
duduk seorang mbak dengan dandanan tomboy yang asyik masyuk nggedebus di ponselnya.
"Iya, sekarang aku dah naik bis ini," ucapnya dengan lawan bicara di ujung telpon itu.
"Engko nek ngomong piye?" lanjutnya dengan logat jawa yang khas.
Aku
diam dan asyik dengan duniaku sendiri, sehingga tak sempat lagi
mendengar pembicaraan mbak di sebelahku. Terkadang aku tersenyum
sendiri. "Gilakah aku?"
Setelah
melewati beberapa halte bis, aku baru tersadar dari lamunan dan saat
itulah aku menangkap gelagat aneh dari mbak yang duduk di sebelahku
tadi. Dia tampak gelisah, entah apa yang ada di benaknya.
Sebentar-sebentar dia garuk kepalanya yang mungkin tidak gatal itu. Aku
hanya diam sambil melirik segala tingkahnya sambil bertanya-tanya dalam
hatiku,"ada apa dengan mbak ini?"...
Sampai
pada akhirnya, aku baru tahu apa yang membuat dia gelisah setelah
dengan gugup dia berdiri dan menyeru pada pak sopir untuk menghentikan
bis "Eh, pak-pak berhenti lok che (turun)". Tanpa sadar dia
berbahasa indonesia sedangkan sopir yang tak paham bahasa Indonesia itu
dengan mendadak dengan mata melotot menghentikan bisnya. Seketika itu
juga meledaklah tawaku. Sambil ku pegangi perutku aku dan juga mbak itu
turun dari bis. Dengan tatapan aneh dia bertanya padaku,"Orang
indonesia?"
"He eh, mbak..." jawabku.
"Tak pikir wong Filipina mbak, tahu gitu tadi aku diam saja nunggu mbak yang kasih komando pada sopir bis," cerocosnya.
"Eh, kok tadi mbak tertawa sampai ngakak gitu, ada apa ya?"dengan polos dia kembali bertanya.
"Mbak sadar ga kalau ada di Hong Kong?" aku balik bertanya.
"Sadarlah, emang kenapa?" Mbaknya dengan pede nanya kembali dan tampaknya dia belum ngeh dengan apa yang baru saja terjadi.
"Bukankah
tadi mbak memanggil "pak" pada sopir bis? memangnya sopir tadi tahu
mbaknya ngomong apa? Lagian mbak tinggal pencet tombol di atas kepala
sampeyan itu, sopir dah ngerti kok."
Dia berpikir sejenak, baru kemudian tertawa terbahak-bahak mengingat kekonyolannya.
"Oh, iya yah hahahahha....ya maklum mbak aku kan durung isa bahasa kantonis, makasih ya mbak dah diingatkan." ujarnya sambil nggeloyor pergi.
"Dasar bocah gemblung!!!"batinku...
"He..he..he....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar